MAJALAH BERITA TERKINI ISU HOT

Get cash from your website. Sign up as affiliate.

Jumat, 29 Oktober 2010

TRAGEDI DI INDONESIA

MELETUSNYA GUNUNG MERAPI DAN TSUNAMI MENTAWAI
Oleh : Elan Suherlan

    Akhir-akhir ini banyak kejadian melanda tanah air. Dari kabar gembira sampai kabar duka. Kabar gembira yakni advokasi Indonesia menjadi pelopor dalam pengajuan Israel sebagai pelanggar HAM ke pengadilan internasional. Lalu Fauzi Bowo terpilih sebagai PEMDA terbaik di Asia pasifik. So, anak muda Indonesia juara berbagai lomba di olimpiade. Sedangkan kabar dukanya sangat banyak dan beragam, dimulai dari bencana longsor di Wasior, Gempa bumi di Padang, bencana tsunami di Kepulauan Mentawai, Gunung Merapi meletus yang kesemuanya memakan korban jiwa dan luka-luka.
    Hal yang mau dikritisi penulis adalah Tsunami di Kepulauan Mentawai dan terutama masalah Gunung Merapi meletus yang hingga tulisan ini ditulis telah memakan korban tewas 23 orang, dan melukai beberapa puluh orang diantaranya sesak nafas. Kejadian Gunung Merapi meletus sudah beberapa kali terjadi. Hal ini disebabkan gunung Merapi termasuk ke dalam golongan gunung yang masih aktif di dunia dimana sewaktu-waktu dapat meletus dan memakan korban jiwa. Gunung yang berada di Yogyakarta ini sering meletus. Masih terngiang dalam telinga beberapa tahun lalu ketika gunung merapi akan meletus dimana mengeluarkan wedus gembel. Para penduduk mengungsi ke tempat aman. Ada tiga orang mahasiswa sukarelawan yang memasuki area berbahaya, tiba-tiba diserang wedus gembel dan meninggal dunia.
    Hal yang mau dicermati penulis adalah upaya pemerintah dalam menyelamatkan para korban atau penduduk dalam kejadian bencana yang melanda. Pertama, pemerintah terlihat tidak tegas dalam mengamankan penduduk lereng bukit merapi. Hal ini terbukti masih adanya penduduk yang masih tinggal di lereng bukit merapi padahal hal itu sangat berbahaya. Dengan alasan apapun seseorang dilarang tinggal dan masuk ke lereng bukit merapi karena sangat berbahaya. Pemerintah hanya mengeluarkan himbauan yang tidak memaksa untuk mengungsi. Kurang tepat tindakan pemerintah. Seharusnya pemerintah memaksa penduduk lereng bukit merapi untuk mengungsi ke tempat aman, atas nama dan bagaimanapun jua. Salah satu alasan sebagian penduduk tidak turut mengungsi adalah masih adanya hewan ternak mereka dan melihat juru kunci gunung merapi Mbah Marijan yang tidak mengungsi ke tempat aman. Jelas, hal itu alasan dibuat-buat. Demi keselamatan penduduk maka pemerintah harus memaksa mereka mengungsi ke tempat aman dengan terlebih dulu memaksa juru kunci gunung merapi agar mengungsi. Hewan-hewan ternak dalam keadaan itu hendaknya ditinggalkan kalau terlambat dalam mempersiapkan diri. Pendek kata, pemerintah harus memaksa penduduk lereng bukit merapi agar mengungsi ke tempat aman tanpa alasan, bahkan kalau ada yang memaksa tinggal di lereng bukit itu maka harus dihukum. Selain itu, pintu masuk menuju lereng bukit itu ditutup bagi siapapun juga tanpa pandang bulu. Ini tidak, juru kunci Mbah Maridjan masih berdiam di lereng bukit merapi tanpa dipaksa untuk turun gunung. Memang Mbah Marijan bersikukuh tidak mau turun gunung. Ia dibujuk oleh beberapa orang termasuk wartawan Vivanews.com yang bukan tugasnya. Mbah Marijan menyetujuinya dan minta ijin mau solat terlebih dahulu. Beberapa orang itu menunggu beliau. Dan tiba-tiba terjadi wedus Gembel hingga semua orang di tempat itu meninggal dunia. Mbah Marijan ditemukan tewas dalam keadaan sujud. Dalam keadaan bahaya mengapa pemerintah membiarkan orang-orang tinggal di bukit merapi? lebih baik bersiap sedia daripada hujan. Walaupun Mbah Marijan bersikukuh tetap tinggal di bukit merapi, tapi sikap pemerintah harusnya memaksa Mbah Marijan untuk turun gunung. Pemerintah itu jangan seolah-olah tidak mempunyai kekuasaan. Tugas pemerintah Indonesia melindungi warga negaranya. Paksaan harus dilakukan pemerintah dengan tujuan keamanan dan keselamatan warganya.
    Hal selanjutnya yang mau dikritisi adalah bencana Tsunami di Kepulauan Mentawai yang memakan korban meninggal dunia 311 orang, dan 411 hilang. Mereka dikuburkan secara massal. Yang perlu dicermati adalah kejadian ini terjadi tanpa adanya pemberitahuan dari pemerintah. Bahkan BMKG sebelumnya memberi status akan datangnya tsunami, tapi tiba-tiba dicabut kembali, hingga tsunami benar-benar menerjang. BMKG tidak akurat dalam memberikan status tsunami. Jelas hal ini perlu diperbaiki agar korban tidak terus bertambah. Keakuratan sangat diperlukan bagi Indonesia yang rawan bencana seperti ini. Perlu diingat bahwa pemerintah telah memasang alat pendeteksi tsunami di kepulauan terluar Indonesia dan pulau-pulau lainnya yang rawan tsunami. Di kepulauan Mentawai telah dipasang alat pendeteksi tsunami akan tetapi alat itu tidak berfungsi. Hal ini sangat menyedihkan. Buat apa alat itu dipasang kalau tidak berfungsi sama sekali. Seharusnya pemerintah rutin melakukan kontrol untuk memastikan alat pendeteksi tsunami itu tetap berjalan normal. Hal ini kalau dilakukan maka bencana tsunami dapat diprediksi dan para penduduk dapat dipaksa untuk mengungsi ke tempat aman.
    Akhir kata, penulis hanya mengingatkan para pembaca bahwa Indonesia masih sangat jauh dari keteraturan dan ketertiban. Hal itu menyebabkan negara Indonesia mandeg dan sulit menjadi negara maju. Kesemrawutan semakin menjadi-jadi di era reformasi ini selain masalah korupsi, kolusi dan nepotisme. Hal ini sangat menyedihkan bagi para pemikir Indonesia. Kelemahan-kelemahan pemerintah itu disadari ataupun tidak, hal itu perlu diperbaiki agar Indonesia menjadi negara aman, makmur dan sejahtera sebagaimana cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Maju Indonesia! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar